Wednesday, April 29, 2009

Hati-hati, Dinginnya AC Bisa Bikin Gemuk!


Daripada berhadapan dengan cuaca panas memang lebih enak diam di ruangan dengan penyejuk ruangan alias AC. Tapi hati-hati, penelitian terbaru menyatakan AC dianggap berpotensi membuat tubuh lebih gemuk. Waduh!

Dugaan ini disampaikan oleh the Clinical Nutrition Research Center at the University of Alabama in Birmingham. Dilansir ABC, Selasa (11/7/2006), mesin pengatur suhu, baik itu pemanas maupun penyejuk ruangan bisa menjadi salah satu penyebab obesitas alias kegemukan yang berlebihan pada seseorang.

Secara umum sistem kerja alat pengatur suhu menyesuaikan panas atau dingin ruangan sesuai dengan yang dikehendaki penggunanya. Dengan adanya bantuan alat, tubuh akan berada di "The Thermoneutral Zone," yaitu suatu rentang suhu ketika tubuh tak lagi perlu mengeluarkan energi untuk beradaptasi dengan suhu ruangan.

Jika tak ada penyejuk atau pemanas ruangan tubuh harus bekerja ekstra. Untuk beradaptasi dengan suhu, tubuh mengeluarkan energi cadangan yang tersimpan di dalam tubuh, misalnya lemak. Dengan bantuan AC dan pemanas ruangan, tubuh tak perlu mengeluarkan tenaga ekstra dan sisa lemak yang tersimpan, tetap aman pada tempatnya.

Namun obesitas tentu tak sepenuhnya disebabkan oleh AC semata. Pola makan yang tak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi obat-obatan tertentu, kurang tidur, dan beberapa faktor lain juga ikut mendukung

Untuk menghindari atau mengatasi obesitas, tentu seseorang harus belajar hidup sehat. Tapi, ketika seseorang mencoba untuk hidup sehat, tantangan menghadapi masalah berat badan justru semakin bertambah. Contohnya pada orang yang berhenti merokok.
Seseorang yang berhenti merokok, biasanya mencari kegiatan lain sebagai pengalih perhatian. Salah satu kegiatan favorit yang dipilih untuk pengalih perhatian tentu bukan berolahraga, tapi ngemil alias menyantap kudapan yang umumnya berkalori tinggi.

Kembali soal penyejuk ruangan, Darwin Deen, profesor di Universitas Pengobatan Albert Einstein membantah asumsi yang diajukan oleh the Clinical Nutrition Research Center at the University of Alabama tersebut. Menurutnya, suhu ruangan tak ada hubungannya dengan naik turun berat badan.

"Banyak orang bisa tetap langsing dalam iklim yang berbeda-beda. Sepertinya AC tidak terlalu banyak berpengaruh," tambah Terrill Bravender.

Kalori yang berlebihan serta intensitas aktivitas fisik masih menjadi penentu utama masalah berat badan seseorang. Tapi, tak ada salahnya untuk tetap memulai kebiasaan hidup sehat dan tak banyak bergantung pada mesin-mesin yang memanjakan tubuh.
baca selengkapnya...

Tuesday, April 28, 2009

Hindari Menunda Pekerjaan! (bagian 2)

Kekhawatiran untuk berbuat sesempurna mungkin akan mencegah mereka untuk menyelesaikan semuanya tepat waktu. Tidak hanya itu, perasaan "saya tidak mampu" juga bisa menyebabkan penundaan. Remaja yang merasa dirinya tak mampu mengerjakan suatu tugas seringkali percaya bahwa mereka akan gagal sehingga menghindari pekerjaan itu, karena toh "saya akan gagal juga pada akhirnya, jadi sama saja." Terakhir, rasa takut akan perasaan tak nyaman yang diakibatkan oleh tugas-tugas tertentu yang dianggap merepotkan atau sedikit "menakutkan" (misalnya mewawancarai seseorang yang jauh lebih tua) bisa menyebabkan penundaan. Tapi pada akhirnya, semakin lama ditunda, semakin merasa tak nyamanlah ia.

Nah, penyebab kedua adalah pola perilaku kita. Memulai suatu tugas yang dianggap sulit mungkin terlihat tidak mungkin. Jika itu terjadi berulang kali, maka penundaan pun menjadi seperti hal yang hampir tak mungkin dihindari. Sekali kita terbiasa menunda pekerjaan, maka akan sulit sekali melepaskan diri dari perilaku tersebut. Kita mungkin bahkan merasa lebih "nyaman" untuk mempertahankan sikap itu karena tidak mau berganti kebiasaan.

Tapi jangan khawatir..jika ada kemauan, pasti ada jalan, bukan ? Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan jika kamu punya kebiasaan menunda pekerjaan :
• Berpikirlah secara positif. Motivasikan dirimu dengan berpikir : "Tidak ada waktu lagi seperti sekarang,", "Lebih cepat saya menyelesaikannya, lebih cepat pula saya bersenang-senang", "Lebih mudah jika saya melakukannya sekarang daripada menunggu keadaan memburuk."
• Jangan langsung ambil kesimpulan kamu akan gagal. Berpikir bahwa kamu tidak bisa mengerjakan apapun juga hanya akan menghambatmu. Sadarilah bahwa perkiraan-perkiraan negatifmu itu bukanlah fakta. Fokuskan dirimu pada yang sekarang saja.
• Buatlah tujuan yang jelas. Pikirkan apa yang kamu inginkan dan apa-apa saja yang harus dilakukan secara spesifik. Misalnya kamu ada deadline membuat makalah, buatlah jadwal dengan tujuan-tujuan realistis pada tiap langkahnya, misalnya mulai dari ke perpustakaan, riset bahan, fotokopi, membuat draft, mengetik, sampai menyelesaikannya.
• Buatlah prioritas. Tulislah di selembar kertas hal-hal yang harus dilakukan dengan skala prioritas dari yang paling penting sampai yang paling tidak penting. Semakin dekat deadline-nya, semakin tinggi skalanya. Kerjakanlah semuanya berurutan, karena kalau tidak, daftar itu menjadi sia-sia.
Bagilah tugas-tugas yang berat atau kurang menyenangkan menjadi beberapa bagian. Kamu akan merasa lebih nyaman jika melakukannya satu per satu.
• Jadilah orang yang terorganisir. Pastikan semua hal yang kamu butuhkan untuk mengerjakan tugas sudah siap ketika kamu mulai mengerjakannya. Punya organizer juga akan sangat membantu. Gunakan "pengingat". Baik dengan organizer elektronik yang ada alarm-nya, HP yang ada reminder-nya, atau berbagai catatan kecil yang kamu bisa taruh di cermin, dinding, pintu, dashboard mobil, kulkas, dan tempat-tempat lain yang pasti kamu lihat setiap hari. Semakin sering kita ingat, maka akan kita akan semakin "patuh" pada rencana yang sudah dibuat.
• Terakhir, berilah hadiah pada dirimu sendiri ketika kamu telah selesai mengerjakan tugasmu, atau bagian dari tugasmu. Perayaan punya efek yang kuat untuk mengembangkan sikap "lakukan itu sekarang." Tersenyumlah dan biarkan dirimu menikmati selesainya pekerjaanmu. Jangan menganggap satu langkah itu hal yang remeh. Ingat, kamu telah makin dekat pada tahap akhir. Jadi, apalagi yang kamu tunggu? Bekerjalah sekarang juga!

[Klik disini untuk kembali ke bagian 1...]
baca selengkapnya...

Hindari Menunda Pekerjaan! (bagian 1)

Penundaan melakukan suatu pekerjaan adalah hal yang sudah mewabah ke setiap orang tanpa kecuali. Bahkan bagi beberapa orang, hal ini sudah menjadi masalah kronis. Tapi bagaimanapun juga, hasilnya tetap sama: waktu yang terbuang, kesempatan yang hilang, prestasi buruk, kepercayaan diri rendah dan stress yang meningkat.

Menunda pekerjaan adalah membiarkan tugas-tugas yang tidak menjadi prioritas "menggantikan" tugas-tugas yang seharusnya jadi prioritas. Misalnya saja sibuk telpon-telpon berjam-jam dengan teman atau pacar, padahal tahu kalau besok ada PR yang harus segera diselesaikan. Atau menonton TV padahal ada tugas rumah yang harus dikerjakan.

Kita semua nampaknya oke-oke saja kalau mengerjakan pekerjaan yang kita sukai. Tapi kalau dihadapkan ke pekerjaan yang dianggap sulit, merepotkan, dan semacamnya, kita bisa malah menunda pekerjaan itu. Kita selalu punya "cara" untuk membodohi diri kita sendiri. Berikut ini adalah alasan-alasan yang biasa dikeluarkan :
• "Saya akan menunggu sampai mood saya muncul untuk mengerjakan itu"
• "Ah tidak apa-apa menyimpang sedikit hari ini, toh besok tidak lagi"
• "Masih ada banyak waktu untuk menyelesaikannya."
• "Mengapa sih saya harus mengerjakan tugas sebanyak ini? Ini tidak adil."
• "Wah susah nih! Saya tidak tahu mulainya bagaimana."
• "Saya bekerja lebih baik di bawah tekanan (dekat deadline), jadi tidak perlu mengerjakannya sekarang."
• "Masih banyak pekerjaan lainnya yang harus dikerjakan lebih dulu."

Jika dikatakan ke orang lain, alasan-alasan di atas memang tidak meyakinkan, tapi sebaliknya, jika kita mengatakannya ke diri kita sendiri, maka kita lama-lama bisa "percaya" dengan kebohongan itu sendiri.

Penundaan adalah kebiasaan yang buruk. Kita semua tahu hal itu. Ada 2 penyebabnya, yang pertama adalah pemikiran negatif yang di pikiran kita untuk menjustifikasi penundaan tersebut. Sedangkan penyebab yang kedua akan pola perilaku kita sendiri.

Jika dilihat lebih dekat, pemikiran negatif tersebut mencakup 3 isu dalam "taktik" penundaan : perfeksionisme, ketidakmampuan, dan rasa tidak nyaman. Remaja yang percaya bahwa mereka harus melakukan pekerjaan yang sempurna mungkin menunggu sampai semua sumber daya tersedia, atau secara terus menerus hanya menfokuskan diri pada menulis draft berulang kali.

Nah, penyebab kedua adalah pola perilaku kita.
[Klik disini untuk lanjut ke bagian 2...]
baca selengkapnya...

Gosip Mampu Buat Orang Lebih Sehat

Ternyata kegiatan ngegosip atau membicarakan orang lain bukanlah kegiatan tanpa manfaat. Sebuah studi membuktikan hidup seseorang akan lebih sehat jika dibumbui dengan gosip.

Adalah Jennifer Bosson PhD dan rekan-rekannya yang melakukan penelitian ini sejak ia masih berkerja di departemen psikologi Universitas Oklahoma. Dari penelitian ini Jennifer dan timnya malah menemukan banyak sekali pengaruh positif yang bisa diperoleh dari gosip.

Kebanyakan orang bersosialisasi dengan pembahasan yang tengah hangat dibicarakan. Dengan ini interaksi seseorang terhadap yang lainnya jadi meningkat. Bahkan seorang yang tak dikenal pun bisa menjadi lawan interaksinya dengan bebas. Apalagi topik yang dibicarakan diketahui secara luar oleh khalayak. Misalnya gosip orang kenamaan atau selebritis.

Gosip bisa juga dikatakan sebagai kegiatan ngomongin orang. Karena biasanya objek pembicaraan tak ada ditengah-tengah percakapan. Untuk mendapatkan hasil yang konkret, para pakar ini pun melakukan tiga kali penelitian.

Penelitian pertama, 30 orang mengindetifikasi orang yang biasanya digosipkan adalah orang terdekat mereka. Hanya dengan menyebutkan inisial nama saja, percakapan gosip ini bisa berlangsung dengan seru.

Dari penelitian ini pengaruh negatif cenderung lebih besar dibandingkan hal-hal positifnya. Padahal mereka sendiri tak menyadari bahwa membicarakan orang itu buruk akibatnya.

Penelitian kedua melibatkan 88 orang pelajar. Penelitian kedua pun menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian pertama. Namun rupanya dari penelitian kedua ini banyak pelajar yang mengaku mendapatkan banyak teman baru dari bahan gosip yang diketengahkan. Bukankah itu hasil yang positif?

[sumber: detikHot]
baca selengkapnya...